Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8
Januari 1942; umur 70 tahun[1]), adalah seorang ahli fisika teoretis.
Ia adala
seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di
Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College,
Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum,
terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi
kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Salah satu tulisannya adalah
A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di
Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut.[2][3] Pada tahun
2010 Hawking bersama Leonard Mladinow menyusun buku The Grand Design.
Meskipun mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral
amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat
puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai
seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di
dunia.
Kehidupan awal dan pendidikan: Stephen Hawking lahir
pada 8 Januari 1942 dari pasangan Dr. Frank Hawking, seorang biolog,
dan Isobel Hawking. Ia memiliki dua saudara kandung, yaitu Philippa dan
Mary, dan saudara adopsi, Edward.[4] Orang tua Hawking tinggal di North
London dan pindah ke Oxford ketika ibu Hawking sedang mengandung dirinya
untuk mencari tempat yang lebih aman. (London saat itu berada dibawah
serangan Luftwaffe Jerman).[5] Setelah Hawking lahir, keluarga
mereka kembali ke London. Ayahnya lalu mengepalai divisi parasitologi di
National Institute for Medical Research.[4] Pada tahun 1950, Hawking
dan keluarganya pindah ke St Albans, Hertfordshire. Di sana ia
bersekolah di St Albans High School for Girls dari tahun 1950 hingga
1953 (pada masa itu, laki-laki dapat masuk ke sekolah perempuan hingga
usia sepuluh tahun).[6] Dari usia sebelas tahun, Hawking bersekolah di
St Albans School.[4]
University College, Oxford, tempat Hawking berkuliah.
Hawking selalu tertarik pada ilmu pengetahuan.[4] Ia terinspirasi dari
guru matematikanya yang bernama Dikran Tahta[7] untuk mempelajari
matematika di universitas. Ayahnya ingin agar Hawking masuk ke
University College, Oxford, tempat ayahnya dulu bersekolah. Hawking lalu
mempelajari ilmu pengetahuan alam. Ia mendapat beasiswa, dan lalu
berspesialisasi dalam fisika.[5] Setelah menerima gelar B.A. di
Oxford pada 1962, ia tetap tinggal untuk mempelajari astronomi. Ia
memilih pergi ketika mengetahui bahwa mempelajari bintik matahari tidak
sesuai untuknya dan Hawking lebih tertarik pada teori daripada
observasi.[4] Hawking lalu masuk ke Trinity Hall, Cambridge. Ia
mempelajari astronomi teoretis dan kosmologi. Segera setelah tiba di
Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) yang akan
membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskularnya mulai
muncul. Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri.
Suaranya menjadi tidak jelas sehingga hanya dapat dimengerti oleh orang
yang mengenalnya dengan baik. Pada tahun 1985, ia terkena penyakit
pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat
berbicara sama sekali. Seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang
memperbolehkan Hawking menulis apa yang ingin ia katakan pada sebuah
komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer'.[8] [sunting]Karier dalam fisika teoretis
[sunting]Mengenai keberadaan kehidupan ekstraterestrial
Stephen Hawking dalam keadaan gravitasi nol.
Hawking meyakini bahwa kehidupan ekstraterestrial memang ada, dan ia
menggunakan basis matematis untuk asumsinya. "Menurut otak matematisku,
angka menunjukan bahwa keberadaan alien sangatlah rasional. Tantangan
terbesar adalah memperkirakan seperti apakah alien itu." Ia meyakini
bahwa alien tidak hanya ada di planet-planet, tetapi mungkin juga di
tempat lain, seperti bintang atau mengapung di angkasa luas. Hawking
juga memperingati bahwa beberapa spesies alien mungkin memiliki
peradaban yang maju dan dapat mengancam Bumi. Hubungan dengan spesies
seperti itu dapat membahayakan seluruh umat manusia.[9] Ia mengatakan,
"Jika alien mengunjungi kita, hasilnya akan sama seperti ketika Columbus
mendarat di Amerika, yang tidak berakhir baik bagi penduduk asli
Amerika". Hawking juga menyarankan, daripada mencoba menghubungi alien,
sebaiknya kita menghindari hubungan dengan mereka.[10] [sunting]Kehidupan pribadi
Hawking menikah dengan Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada tahun
1965.[4] Jane Hawking mengurusnya hingga perceraian mereka pada tahun
1991. Mereka bercerai karena tekanan ketenaran dan meningkatnya
kecacatan Hawking. Mereka telah dikaruniai tiga anak: Robert (lahir
1967), Lucy (lahir 1969), dan Timothy (lahir 1979). Hawking lalu
menikahi perawatnya, Elaine Mason (sebelumnya menikah dengan David
Mason, perancang komputer bicara Hawking), pada tahun 1995. Pada Oktober
2006, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.[11] Ketika
ditanyakan mengenai IQnya pada tahun 2004, Hawking menjawab, "Saya tidak
tahu. Orang yang membanggakan IQnya adalah seorang pecundang."[12] [sunting]Pandangan religius
Hawking mengambil posisi agnostik dalam masalah agama.[13][14] Ia telah
menggunakan kata "Tuhan" (secara metaforis)[15] untuk menggambarkan
poin dalam buku-buku dan pidatonya. Mantan istrinya, Jane, menyatakan
saat proses perceraian bahwa Hawking adalah seorang ateis.[16][17]
Hawking menyatakan bahwa ia "tidak religius secara akal sehat" dan ia
percaya bahwa "alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Hukum
tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan
intervensi untuk melanggar hukum."[13] Hawking membandingkan agama dan
ilmu pengetahuan pada tahun 2010, menyatakan: "Terdapat perbedaan
mendasar antara agama, yang berdasarkan pada otoritas, [dan] ilmu
pengetahuan, yang berdasarkan pada observasi dan alasan. Ilmu
pengetahuan akan menang karena memang terbukti."[18] Pada September
2010, The Telegraph melaporkan, "Stephen Hawking telah menyatakan bahwa
Tuhan bukan pencipta alam semesta".[19] Hawking menulis dalam bukunya,
The Grand Design, bahwa "Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata
surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan
adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan,
mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan
untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta."[20][21] [sunting]Penghargaan
1975 Eddington Medal 1976 Hughes Medal of the Royal Society 1979 Albert Einstein Medal 1981 Franklin Medal 1982 Order of the British Empire 1985 Gold Medal of the Royal Astronomical Society 1986 Anggota Pontifical Academy of Sciences 1988 Wolf Prize dalam bidang fisika 1989 Prince of Asturias Awards in Concord 1989 Companion of Honour 1999 Julius Edgar Lilienfeld Prize of the American Physical Society[22] 2003 Michelson Morley Award of Case Western Reserve University 2006 Copley Medal of the Royal Society[23] 2008 Fonseca Price of the University of Santiago de Compostela[24] 2009 Presidential Medal of Freedom[25]
0 Komentar